Barang Tercanggih yang Dimiliki nasa
Deep Space Habitat
Setelah sampai di Mars, hal yang juga mesti dipikirkan tentunya adalah tempat tinggal para penjelajah selama di sana. Untuk itu, NASA mengembangkan teknologi yang disebut sebagai Deep Space Habitat.
Teknologi ini berbentuk ruangan-ruangan yang dikirimkan secara terpisah (modular), untuk kemudian diturunkan dan dirakit satu persatu di Mars. Habitat buatan ini bisa menampung hingga maksimal 4 orang, dengan lama tinggal 60 hingga 500 hari.
Deep Space Habitat ini terdiri dari beberapa bagian. Bagian terbesar adalah modul peralatan, yang bisa mencakup 22 persen dari luas pesawat. Di bagian dalamnya terdapat mesin panel kontrol, mesin navigasi, mesin komunikasi, dan lainnya. Bagian terbesar kedua adalah ruangan misi dan operasi, tempat para staf melakukan misinya seperti penelitian atau perbaikan peralatan.
Sementara bagian sisanya adalah ruangan untuk aktivitas grup dan aktivitas pribadi, termasuk kamar tidur, kamar mandi, dan ruang pribadi. Selain digunakan untuk ke Mars, teknologi ini juga akan direncanakan untuk dipakai menjelajah asteroid yang berada tak jauh dari Bumi.
Pakaian ruang angkasa yang tipis dan fleksibel
Selama di Mars, para astronot tentunya tidak hanya diam duduk di Habitat, melainkan juga berjalan-jalan ke luar dan menjelajah sang planet merah untuk mencari dan mengambil data. Namun sayangnya, kondisi di Mars tidak bersahabat. Karena itu para astronot membutuhkan pakaian yang tidak hanya kuat, tapi juga fleksibel.
Pakaian ruang angkasa yang kita miliki saat ini masih dianggap terlalu besar dan tidak praktis, menyulitkan astronot saat bergerak khususnya pada bagian tangan. Pakaian astronot masa depan terbuat dari bahan yang tipis namun kuat menahan radiasi dari Mars.
Pakaian ini juga terintegrasi dengan teknologi augmented reality dan bio-monitor untuk memudahkan astronot saat bergerak. Canggihnya lagi, pakaian ini dirancang untuk dibuat menggunakan self-healing material, yang berarti pakaian tersebut bisa menyambung sendiri seandainya tergores, seperti layaknya kulit manusia!
Komunikasi via laser
Karena jaraknya yang hampir mencapai 55 juta kilometer (bagi yang tidak terbayang, jarak ini sekitar 400 juta kali perjalanan bolak-balik Jakarta-Bandung), koneksi internet di Mars pun sangat terbatas. Padahal ini diperlukan untuk keperluan komunikasi.
Saat ini, robot-robot NASA di Mars mampu mengirim dan menerima data dengan kecepatan 250 kbps, yang berarti masih lebih lambat dibanding kecepatan internet di Indonesia.
Dengan kecepatan seperti ini, untuk bermain game online semacam DOTA pun tidak tenang karena heronya susah digerakkan. Begitu pula dengan NASA yang kesulitan menggerakan robot-robotnya untuk tindakan yang membutuhkan respon cepat. Karena itu, mereka bertekad meningkatkan kecepatan koneksi di Mars hingga 1 Gbps. Solusinya? Menggunakan laser.
Pengujian komunikasi via laser sudah pada tahun 2013 dalam program Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE). Hasilnya, kecepatan unggah maupun unduh baru mencapai 77Mbps. Ini tentu masih jauh dari target yang diharapkan, namun NASA sedang mengarah ke sana.
Bagaimana, terinspirasi setelah melihat teknologi-teknologi NASA ini? Mungkin kamu bisa menciptakan teknologi serupa dan membangun startup di ranah ini!
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda